Jumat, 27 Agustus 2010

kemauan usaha

Salah satu beda antara orang yang sukses dan orang yang gagal adalah kualitas mentalnya. Dan salah satu kualitas mental yang cukup penting yang dimiliki mereka yang sukses adalah MENTALITAS BERKELIMPAHAN.

Mentalitas berkelimpahan ini penting karena dengan memiliki mentalitas berkelimpahan ini Anda akan merasa dunia ini penuh dengan peluang, penuh dengan rezeki, penuh dengan kebaikan dan semua hal yang Anda inginkan. Mentalitas ini akan berdampak pada keseharian Anda dalam beraktivitas. Orang yang memiliki mentalitas berkelimpahan akan selalu optimis apapun keadaan dirinya saat ini. Kegagalan seperti apapun yang dialami tidak menjatuhkan dirinya di jurang keputusasaan, karena kegagalan akan berlalu dan kegagalan tidaklah kekal

Kebalikan dari mentalitas berkelimpahan adalah MENTALITAS KEKURANGAN. Orang dengan mentalitas ini memandang dunia sangat sempit, peluang terbatas, rezeki sulit dicari, dan ia merasa masa depan penuh rintangan. Orang semacam ini selalu pesimis dengan kondisinya. Kegagalan yang dialami selalu menghentikan langkahnya. Ia kesulitan mencari peluang untuk kesuksesannya.

Anda tentu tidak ingin menjadi bagian dari kelompok ini, bukan ?

Bagaimana cara membangun mentalitas berkelimpahan, sehingga Anda memiliki salah satu modal sukses untuk masa depan Anda.


Belajar Memberi

Semua agama mengajarkan kepada pengikutnya untuk memperbanyak memberi kepada orang lain.Bentuk pemberian bisa berupa harta benda, waktu dan energi Anda. Dalam Islam kami diajarkan untuk berzakat mal, zakat fitrah, infaq, sedekah, menolong orang lain, menasehati orang lain, dll.


Memberikan sesuatu kepada orang lain akan membuat persaaan Anda berlimpah. Untuk membuktikannya, coba saja Anda hari ini Anda pergi ke rumah salah satu orang miskin di daerah Anda. Bawakan ia 1 kardus mi instant, dan berikan kepadanya dengan ikhlas. Dan apa yang Anda rasakan setelah melakukannya ? Anda pasti merasa bahagia, berlimpah dan merasa kaya. Anda juga pasti merasa bersemangat dalam menjalani hari Anda. Anda bisa memberikan bentuk pemberian dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuan Anda.


Membiasakan memberi seuatu kepada orang lain akan menjadikan mental Anda terbiasa dalam KELIMPAHAN. Sehingga Anda akan lebih semangat dalam menatap masa depan dan lebih peka dengan peluang dalam kehidupan


Bersyukur


Bersyukurlah kepada Tuhan atas semua pemberianNya untuk Anda. Bersyukurlah karena Anda masih sehat, diberi rezeki, keluarga harmonis, memiliki anak yang baik, memiliki harga yang cukup, bisa melihat indahnya dunia, bersyukur masih bisa membaca tulisan ini, dan masih banyak kenikmatan yang tidak terhitung banyaknya.


Selain bersyukur kepada Tuhan, Anda juga harus membiasakan untuk berterimakasih kepada sesama. Anda harus berterimakasih kepada orang tua, kepada keluarga, kepada orang yang memberikan sesuatu kepada Anda dan siapapun yang memberikan sesuatu sekecil apapun


Selain bersykukur membuat Anda lebih bahagia, juga menjadikan Anda merasa berlimpah. Karena Anda merasa banyak kenikmatan dan kebahagiaan yang sudah Anda miliki saat ini. Dan Anda akan lebih bersemangat untuk lebih sukses lagi di masa yang akan datang.



Memperbesar Wawasan


Tahukah Anda, mereka yang memiliki mentalitas kekurangan dan pesimis adalah mereka yang wawasan kurang. Kurangnya wawasan menyebabkan seseorang tidak tahu apa yang harus dilakukan, bingung, dan pesimis serta dunia ini terasa sempit dalam segala hal.


Karena itu, jika Anda ingin memiliki mentalitas berkelimpahan dan sukses, maka perbesar wawasan di bidang Anda. Perbanyak informasi dan ketrampilan di bidang Anda. Bergaullah dengan orang-orang yang menguasai bidang Anda dan sudah sukses.


Itulah tiga cara yang bisa Anda lakukan setiap hari untuk membangun mentalitas berkelimphan. Ingat… Dengan mentalitas berkelimpahan Anda akan lebih bersemangat menatap masa depan, mudah menemukan peluang, dan mudah bangkit dari kegagalan.

Kiat sukses dunia akhirat dari Nabi



Filed under: Kecerdasan Spiritual, Kiat, Topik Personal, Cara Bahagia

Malu rasanya sering mengutip kiat sukses dari orang barat. Maka yang ini kiat dari Rasulullah. Dijamin lebih mustajab. Saya kutip dari situs Renungan Islam.

HADIS MUTHAHHARAH

Dari Sayyidina Khalid bin Al-Walid Radiallahu’anhu telah berkata : Telah datang seorang arab desa kepada Rasulullah S.A.W yang mana dia menyatakan tujuannya : Wahai Rasulullah! sesungguhnya kedatanganku ini adalah untuk bertanya kepada engkau mengenai apa yang akan menyempurnakan diriku di dunia dan akhirat. Maka baginda S.A.W telah berkata kepadanya Tanyalah apa yang engkau kehendaki :

Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang alim
Baginda S.A.W menjawab : Takutlah kepada Allah maka engkau akan jadi orang yang alim

Dia berkata : Aku mau menjadi orang paling kaya
Baginda S.A.W menjawab : Jadilah orang yang yakin pada diri engkau maka engkau akan jadi orang paling kaya

Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang adil
Baginda S.A.W menjawab : Kasihanilah manusia yang lain sebagaimana engkau kasih pada diri sendiri maka jadilah engkau seadil-adil manusia

Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang paling baik
Baginda S.A.W menjawab: Jadilah orang yang berguna kepada masyarakat maka engkau akan jadi sebaik-baik manusia

Dia berkata : Aku mau menjadi orang yang istimewa di sisi Allah Baginda S.A.W menjawab : Banyakkan zikrullah niscaya engkau akan jadi orang istimewa di sisi Allah

Dia berkata : Aku mau disempurnakan imanku Baginda S.A.W menjawab : Perelokkan akhlakmu niscaya imanmu akan sempurna

Dia berkata : Aku mau termasuk dalam golongan orang yang muhsinin (baik)
Baginda S.A.W menjawab : Beribadatlah kepada Allah seolah-olah engkau melihatNya dan jika engkau tidak merasa begitu sekurangnya engkau yakin Dia tetap melihat engkau maka dengan cara ini engkau akan termasuk golongan muhsinin

Dia berkata : Aku mau termasuk dalam golongan mereka yang taat Baginda S.A.W menjawab : Tunaikan segala kewajipan yang difardhukan maka engkau akan termasuk dalam golongan mereka yang taat

Dia berkata : Aku mau berjumpa Allah dalan keadaan bersih daripada dosa Baginda S.A.W menjawab : Bersihkan dirimu daripada najis dosa niscaya engkau akan menemui Allah dalam keadaan suci daripada dosa

Dia berkata : Aku mau dihimpun pada hari qiamat di bawah cahaya Baginda S.A.W menjawab : Jangan menzalimi seseorang maka engkau akan dihitung pada hari qiamat di bawah cahaya

Dia berkata : Aku mau dikasihi oleh Allah pada hari qiamat Baginda S.A.W menjawab : Kasihanilah dirimu dan kasihanilah orang lain niscaya Allah akan mengasihanimu pada hari qiamat

Dia berkata : Aku mau dihapuskan segala dosaku Baginda S.A.W menjawab : Banyakkan beristighfar niscaya akan dihapuskan( kurangkan ) segala dosamu

Dia berkata : Aku mau menjadi semulia-mulia manusia Baginda S.A.W menjawab : Jangan mengesyaki sesuatu perkara pada orang lain niscaya engkau akan jadi semulia-mulia manusia

Dia berkata : Aku mau menjadi segagah-gagah manusia Baginda S.A.W menjawab : Sentiasa menyerah diri (tawakkal) kepada Allah niscaya engkau akan jadi segagah-gagah manusia

Dia berkata : Aku mau dimurahkan rezeki oleh Allah Baginda S.A.W menjawab : Sentiasa berada dalam keadaan bersih ( dari hadas ) niscaya Allah akan memurahkan rezeki kepadamu

Dia berkata : Aku mau termasuk dalam golongan mereka yang dikasihi oleh Allah dan rasulNya Baginda S.A.W menjawab : Cintailah segala apa yang disukai oleh Allah dan rasulNya maka engkau termasuk dalam golongan yang dicintai oleh Mereka

Dia berkata : Aku mau diselamatkan dari kemurkaan Allah pada hari qiamat Baginda S.A.W menjawab : Jangan marah kepada orang lain niscaya engkau akan terselamat daripada kemurkaan Allah dan rasulNya

Dia berkata : Aku mau diterima segala permohonanku Baginda S.A.W menjawab : Jauhilah makanan haram niscaya segala permohonanmu akan diterimaNya

Dia berkata : Aku mau agar Allah menutupkan segala keaibanku pada hari qiamat
Baginda S.A.W menjawab : Tutuplah keburukan orang lain niscaya Allah akan menutup keaibanmu pada hari qiamat

Dia berkata : Siapa yang terselamat daripada dosa?
Baginda S.A.W menjawab : Orang yang sentiasa mengalir air mata penyesalan,mereka yang tunduk pada kehendakNya dan mereka yang ditimpa kesakitan

Dia berkata : Apakah sebesar-besar kebaikan di sisi Allah? Baginda S.A.W menjawab : Elok budi pekerti, rendah diri dan sabar dengan ujian ( bala )

Dia berkata : Apakah sebesar-besar kejahatan di sisi Allah? Baginda S.A.W menjawab : Buruk akhlak dan sedikit ketaatan

Dia berkata : Apakah yang meredakan kemurkaan Allah di dunia dan akhirat ? Baginda S.A.W menjawab : Sedekah dalam keadaan sembunyi ( tidak diketahui ) dan menghubungkan kasih sayang

Dia berkata: Apakah yang akan memadamkan api neraka pada hari qiamat? Baginda S.A.W menjawab : sabar di dunia dengan bala dan musibah

komentar : tinggal pilih kiat mana yang sedang Anda perlukan saat ini.

Kamis, 26 Agustus 2010

HIDUP MANDIRI


Mandiri berarti tidak mengantungkan kepada orang lain, orang bisa dikatakan mandiri jika sudah mampu menghidupi dirinya sendiri serta orang dekatnya (anak dan istrinya). Jika belum mampu menghidupi dirinya sendiri, maka orang itu disebut dengan miskin, orang miskin perlu mendapatkan perhatian, kendati demikian, orang miskin juga tidak boleh mengantungkan kepada orang lain. Sedangkan seseorang yang belum mampu mencukupi kebutuhanya, sedangkan tempat tinggalnya juga tidak ada, orang itu disebut dengan fakir. Orang ini juga termasuk kelompok yang memerlukan perhatian khusus, agar bisa melangsungkan hidupnya.

Terkait dengan hidup mandiri, islam sangat menganjurkan pemeluknya agar senantiasa hidup mandiri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Orang dituntut bekerja dengan mengunakan segala kemampuannya, seperti tenaga, intelektual, serta jasanya, agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Begitulah makna hadis yang tersirat, Nabi tidak hanya menganjurkan dengan tuturnya, akan tetapi Nabi juga memberikan teladan bahwa beliau adalah seorang yang giat berusaha dan bekerja demi memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Bahkan beliau rela mengambil anak angkat (Haid bin Harisah), serta menikahi beberapa wanita dengan tujuan mengentaskan kemiskinan. Dalam dunia usaha, seringkali Nabi setiap pagi menengok kepasar dengan tujuan melihat kondisinya, serta komoditas yang ada, serta transaksi yang dialkukan oleh sekelompok masyarakat waktu itu. Kita mengenal beberapa ayat yang terakit dengan jual beli, timbang menimbang barang, berniaga setelah selesai menunaikan sholat. Abu Bakar mempuyai bedak (toko) rempah-rempah (bazzar), sedangkan Umar termasuk orang yang jarang dirumah di pagi hari karena mesti bekerja dipasar untuk memenui kebutuhan rumah tanganya, sedangkan Usman seorang pengusaha yang profesinal dan dermawan. Ali, walaupun Miskin, beliau seorang pekerja keras, beliau terkenal dengan gudangnya pengetahuan agama, akan tetapi materinya tidak sebanyak tiga sahabatnya. Karakteristik para sahabat, mereka sangat dermawan terhadap masyarakat miskin, fukoro’ dan kaum duafa’ lainya.

Ekonomi Dimasa Nabi™

Allah swt telah berfirman dalam sebuah ayat yang berbunyi ”Seseorang tidak mendapatkan sesuatu kecuali apa yang telah di usahakannya”. (QS An-Najm )39).

Dalam dunia ekonomi, ayat ini sebagai ilham bahwa setiap usaha seseorang pasti akan menghasilkan, semakin banyak bekerja dan usaha maka semakin banyak pula pendapatnya. Ayat ini juga mengajak manusia untuk tidak berpangku tangan, manusia mesti bekerja keras agar bisa mencukupi kebutuahan hidupnya sehari-hari.


Jasa Tenaga

Hal ini juga ditegaskan dalam Qs An-Nisa (4) ayat 32, ”Bagi seseorang laki-laki ada manfaat dari apa yang dia usahakan.”Alam memeng tak memisahkan lelaki dan perempuan, hitam dan putih atau bahkan Muslim dan kafir dalam hal rezeki. Hukum alam adalah siapa bekerja keras lebih keras dia mendapat balasan. Allah maha pemberi, Allah tidak pernah membedakan antara maghluknya didalam urusan rizki, kadang orang kafir lebih kaya, begitu pula sebaliknya.

Islam menjunjung tinggi etos kerja. Dalam beberapa literaur arab sering kita dengar dengan “siapa yang sungguh-sungguh ia akan dapat” dan cita-cita seorang lelaki yaitu bisa merobihkan gunung. Dalam sebuah ayat disebutkan agar manusia berpencar di muka bumi setelah menunaikan sholat. Sedangkan ketika mendengar suara adzan hendaknya segera pergi untuk menunaikan sholat. Nabi Muhammad SAW adalah tokoh yang amat menjunjung tinggi etos kerja dan selalu menghargai karya para pekerja dan ahli dalam bidang pekerjaan tertentu. Dan bahkan dalam sejarah islam, semua nabi bekerja untuk kehidupannya. Ini untuk menunjukkan bahwa para nabi bukan rabi atau pendeta yang dicukupi kehidupannya dari umatnya. Untuk makan sehari-hari, para Nabi bekerja.

Ingat bagaimana kisah Musa AS yang bekerja pada Nabi Syuaib. Nabi Daud sebagai pengrajin, Nabi Yusuf sebagi pengawas gudang, dan terutama Nabi Muhammad SAW yang menjadi pedagang pada sebelum kenabian dan mengerjakan banyak pekerjaan kasar lain setelah kenabian.

Para Nabi diperintahkan bekerja keras untuk memperoleh kehidupan yang baik. Dibalik pesan itu pastilah ada misi bahwa betapapun mulia seorang nabi, mereka harus tetap bekerja untuk memenuhi kehidupannya. Ini contoh terbaik bagi umat. Dan Nabi Muhammad SAW dengan bangga menyatakan bahwa ia bekerja untuk penghidupannya. Para nabi mewarisi etos kerja ayahnya. Fatimah az Zahra pernah satu hari kehabisan gandum sementara anak-anaknya butuh makan dan sakit. Dia pergi ke pemilik toko. Maka didapatnya pekerjaan menumbuk gandum untuk dibuat roti dan dimakan bersama anaknya.


Jasa Intelektual

Fenomena saat ini berbeda dengan masa lalu, intelektual juga memilki harga yang sangat tinggi dalam dunia islam. Dalam kisah Nabi Yusuf disebutkan bahwa nabi Yusuf karena keahliannya maka dia diberi tugas sebagai pengawas gudang. Kemudian pekerjaannya naik menjadi penasihat raja.

Islam mengajarkan efisiensi dan profesionalitas, serta kemampuan yang dimiliki, wajar sekali kalau saat ini kita mengenal beraneka ragam konsultan; mulai kesehatan, ekonomi, akutasi, pajak, dan banayak lai laianya. Islam menghargai nilai inteletual.

Caontoh lain, Kisah Nabi Musa sebagaimana diceritakan dalam QS Al-Qashash (28) ayat 26 “Salah Seorang dari kedua wanita (anak nabi syuaib) berkata: Wahai Bapakku, ambillah ia sebagai pekerja kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (dengan kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”

Bersifat fisik atau mengandalkan intelektualitas, kejujuran merupakan unsur penting dalam bekerja. Bekerja juga harus indah dan rapi., Para pekerja juga harus dibekali dengan pendidikan dan latihan, sebagaimana Islam amat mementingkan mencari ilmu.

Soal upah

Setelah mengajarkan etos kerja, Islam juga mengajarkan panduan soal upah bagi tenaga kerja. Dari Abu Dzar al Ghifari diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “mereka (budak budak dan pelayanmu ) adalah saudara kamu. Allah menempatkan mereka di bawah pengawasan kamu, maka barang siapa menempatkan saudaranya di bawah pengawasannya hendaklah ia memberinya makanan dari apa yang ia makan dan berilah ia pakaian sebagaimana pakiaan yang ia pakai (sendiri) serta janganlah membebani mereka dengan tugas-tugas yang terlalu berat, dan jika kamu memberinya beban berat maka bantulah mereka.

Dari hadis itu dapat disimpulkan bahwa majikan dan karyawan seharusnya saling menganggap saudara bukan tuan dan budak. Dengan menganggap saudara pastilah sang majikan akan dermawan dalam membayar upah. Dalam hal paling mendasar, seharusnya seorang bawahan dan majikan dapat memenuhi kebutuhan dasar yang sama. Kebutuhan dasar itu adalah makanan, rumah, pakaian, biaya kesehatan, dan pendidikan standar. Islam menjaga agar upah tidak di bawah standar minimal untuk melindungi hak karyawan. Islam juga melindungi hak majikan dengan hasil kerja profesional. Lalu berapa tingkat upah yang sebenarnya ? Nabi meletakkan standarisasi upah yang wajar. Ketimpangan yang terlalu tinggi pada pemberian upah bisa mengakibatkan perselosiahn sosial dan iklim kerja yang tidak nyaman. Standar gaji adalah untuk yang terendah dapat memenuhi kebutuhan dasar akan rumah, pakaian,makanan, pendidikan, dan kesehatan . Pada tahun pertama hijrah upah bagi sahabat yang berjuang dalam perang badr dan Uhud yang terendah 200 dirham dan tertinggi 2.000 dirham atau dengan rasio 1:10 perbedaan antara yang rendah dengan yang tinggi adalah hukum alam karena perbedaan keahlian, sifat kerja, tanggung jawab, pengabdian dan lainnya. Namun ada satu hal yang tak boleh dilanggar, rasio perbedaan gaji tertinggi dan terendah harus 1:10. Islam tidak membenarkan sistem upah dengan kesenjangan terlalu tinggi.

Sekarang kita bandingkan tingkat upah di tempat kita. Seorang direktur bisa memeperoleh gaji mencapai 200 juta per bulan. Sedangkan seorang office boy , satpam, atau pekerja kasar lainnya di perusahaan yang sama mungkin dibayar hanya 700 ribu – 1 juta perbulan. Artinya rasionya telah berubah menjadi 1:200 atau 1:250. Nabi Muhammad SAW juga meletakkan dasar bagi para pejabat negara saat itu. Seorang khalifah tidak memperoleh upah. Tapi mereka mendapat tunjangan sebesar 2 dirham perhari. Namun Khalifah Abubakar menyumbangkan tunjangannya untuk orang yang lebih membutuhkan. Ketentuan lain adalah seorang pejabat tidak boleh menggunakan kuda turki (binatang kendaraan terbaik saat itu). Pejabat tak boleh menggunakan pakaian yang tipis karena itu lambang kemewahan, tak boleh makan dari tepung halus, tak boleh menempatkan penjaga di muka rumah khawatir orang miskin tak bisa masuk untuk melaporkan kehidupannya. Azzimi